Sunday, October 31, 2010

Tiba-tiba

Tiba-tiba...

Kita berbincang lepas, tentang hal-hal yang sederhana, namun kita sama-sama merasa ini menyenangkan. Kita bertukar cerita dan sesekali ada saran-saran kecil ikut serta di dalamnya. Perjalanan panjang, di antara sore dan orang-orang yang terlelap menyerah oleh lelah, pasrah tertimpa hangat sinar sore yang tumpah. Mereka hanyut dalam mimpi, kita hanyut dalam cerita. Dan, nyata.

Aku larut dalam ceritaku, kamu mengalir di dalamnya, dengan ekspresi berubah-ubah. Tertawa kecil, mengerutkan jitat, manggut-manggut, mengiring pikir, menyembunyikan haru, tertawa lagi, bahkan sesekali datar. Kamu menjawab ceritaku dengan ekspresi yang keluar spontan pada mukamu.
Aku tahu, kamu suka. Kamu tahu, aku suka. Juga.


Senja datang menyapa lewat jendela, menyorotkan pesonanya seolah berbicara "aku ada, untuk kalian berdua." :) Aku tak terlalu mengerti tentang mengapa aku merasa begitu nyaman, ketika aku bercerita tentang dunia ku kepada kamu. Padahal, kamu adalah orang-orang yang tidak terlalu memfavoritkan dunia mimpi. Tidak tahu. Kamu terlihat begitu menyikapi setiap bagian yang aku ceritakan.


Aku, menangkap hangat sesuatu yang timbul dari tatap yang tersembunyi. Di aku, juga di kamu. Kita sama-sama menghindari pesona perjalanan dan posisi duduk yang tak jauh, walau tak begitu dekat.
Kita memang selalu di beri jarak. Selalu.


Kamu memainkan ekspresi dan pikiranmu untuk menyikapi ceritaku, lalu aku sedikit geli dengan jawaban-jawanku yang memang tak mau disalahkan, yang memang selalu egois. Tetap, kamu menyikapinya dengan dingin dan mengandalkan caramu yang tegas namun tak keras. :)


Gerak-gerak waktu mengiring kita menuju akhir tujuan, hingga sampai pada tempat yang memisahkan keberadaan kita. Seperti malam yang memisahkan senja dengan kita.


Meski, tidak rela menggantung pada dinding tubuh yang akan terpisahkan.


Dengan cepat kita berdiri, lalu tanpa permisi, kita melangkah bertolak arah.. Kau tetap lurus melangkah sedangkan aku, diam tak berarah. Kamu menoleh, tak senyum. Tak lama. Lalu pergi dan hilang.


Tiba-tiba,
Kita berpisah. Di bawah langit yang sama.


-------


Tiba-tiba,
Kita harus pulang.

Mega Hadiyanti Khairunnisa,
Untuk seorang teman.
311010


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Sunday, October 24, 2010

Wanita Tidur

Wanita itu mendengkur dalam tidurnya, menyerah dalam hak tenangnya, melepas sisa-sisa lelah yang melekat pada hati dan bagian dalam pikir hitamnya..
Cantik, dengan tampilan matanya yang ditutup dan mulutnya yang terbuka
Cantik, dengan kerutan lembut yang bergaris rapi di keningnya,
Tanda pikir. Atau, tua.. Menua, mungkin.
Cantik, dengan aura putih yang terpancar dari hatinya.
Cantik, ku ulangi lagi, cantik.
Tangannya terseilip di antara bantal dan kuping, jari-jari panjangnya betah dengan posisi sedikit mengepal.
Kakinya melingkar pada selimut tebal dan guling tak terlalu empuk,
Cantik,
Wanita tidur itu cantik.
Dengkur berani menjadi lagu yang mengiringi tidurnya,
Aku tahu dia melayang, di sana.
Aku tahu dia mengapungkan kebebasan, di dalamnya.
Cantik,
Ketika dia menggerakan kakinya yang satu ke kaki satunya, menggarukkan jari nakal di bawah alam sadar secara perlahan.
Cantik, ketika tangannya memegang kepalanya sendiri dan menggaruknya tanpa tahu maksud.
Wanita tidur itu menikmati bagian-bagian tidurnya.
Dunia, dimana kita bisa menyerahkan hampir segalanya di sana.
Menitipkan waktu, padanya.
Mengandalkan pinta tenang kepadanya.
Tidur,
Wanita tidur itu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, dan tidak pernah tahu kapan dia akan bangun.


Perjalanan, 25 Okt 2010
Ditemani matahari pagi yang ramah
Mega Hadiyanti Khairunnisa


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Monday, October 18, 2010

Debu

Lalu,
Debu-debu itu tidak pernah tau bahwa tubuhnya mengganggu kejernihan.
Pantas,
Butir-butir sosoknya hanyalah kumpulan kesemuan yang memakan tenang.
Mengertikah?
Ada bagian yang kau gores di sini, di dalam tubuh dalam, di sudut abu, berbekas, terganggu oleh rasa tak ikhlas..
Mungkin kau kira kau tak paham tentang bagian salahmu,
Ikut sertamu dalam pribadiku?
Ingat?
Kau bekerjasama dengan detik, menerobos lorong itu, lorong pribadiku..
Kau memecahkan bagian paling putih, kesempatanku...
Ingat?
kau permainkan hak ku dalam hak mu.
Ceroboh.
Lalu kau menggores garisku melalui jejakmu.
Semua tertutup, dalam sekejap. Hingga saat ini.
terbanglah kau bersama sisa-sisa ulahmu. Lalu, tertawakan aku dengan caramu.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Friday, June 11, 2010

Wanita, di Dalam Pantulan.

11:40


... Lalu aku berdiri, dan menyerahkan diri untuk dibawa pergi oleh gerak-gerak bebas kereta penampung orang-orang yang punya tujuan.

Ah, tidak bisakah keretaku datang lebih lambat..

Sudah kuduga, ada yang menyesak di dalam. Di dalam. Bagian dalamku. Hati. Bagian hati. Entah apa itu hati atau jantung. Pokoknya terletak di dalam, di atas perutku. Di bawah dada. Tepat di situ. Di tengah-tengah perut dan dada. Di dalam. Ya, dalam sekali. Seperti ada sesuatu yang meluncur di dalam itu, ketika aku melangkah kedalam kereta. Sempat menengok sebentar ke arah kursi tadi aku duduk, kamu tetap tidak bergerak, di situ. Kamu membagi pandanganmu ke arah ku dan ke arah lain di sekitarku. Lalu aku duduk. Kamu tepat di belakangku, terbatasi oleh kaca kereta yang akan mengiringku ke tempat tujuannya, yang bukan tujuanku. Sebetulnya.

Pintu kereta cepat sekali tertutup, lalu gerak cepatnya membaku pergi. Kamu masih tidak bergerak. dan nyatamu tidak terlihat lagi oleh mataku. Spontanitas bayang-bayangmu bermunculan, aku sedih tak beraturan, pergi membawa rindu yang sering datang. Rasanya ingin berhenti. Pokoknya ingin berhenti.
henti terpanggil, ada sesuatu yang menyentak.

Mataku melihat seorang wanita yang duduk malas di bangku tengah kereta. Ia menahan isak, menahan mata yang berkilauan oleh air-air yang membuat matanya merah. Hidungnya pun menyusul memerah. Dual telunjuknya ia gunakan untuk menahan air-air yang dikeluarkan oleh kelenjar air mata yang pasti bersebab. Ya, aku yakin dia menahannya. Dan berhasil tertahan. Tapi tetap terlihat sedih, semakin ku pandang dia terlihat semakin sedih. Bahkan isaknya mulai terdengar jelas di kupingku. Penumpang lain dalam kereta hampir tidak ada yang peduli. Semua tidur. Hanya aku yang jelas melihat.

Wanita itu menunduk, aku tidak melihatnya lagi. Yang kulihat hanya bayangan-bayangan yang dari tadi menggerogoti tenangku. Serasa sepi dan hambar. Itu saja yang menemani perjalananku. Hah, lebih tepatnya perjalanan kereta yang membawaku pergi.

Lalu aku melihat wanita itu lagi, dia tidak menundukkan kepalanya. Jadi aku bisa melihatnya lagi. Tatapannya masih menyembunyikan isak, sesekali matanya berkeliaran meratakan air-air yang tidak diperbolehkan mengalir. Hal-hal seperti ini hampir selalu disebabkan oleh kenangan dan bayangan-bayangan yang menjelma menjadi pusat perputaran di pikiran.

Kereta telah membawaku berkilo-kilo meter, memisahkan tubuhku dengan tubuhnya. Juga dengan waktu.
Aku lihat lagi, wanita itu masih melayangkan pikirannya dengan mencoba menahan isak. Aku hanya datar, lalu mau tak mau menatapi wanita sedih itu lagi. Terus. Lalu, lagi.

Dan.. Kereta berhenti, di Bogor. Aku masih duduk, terpaku melihat wanita itu yang sudah tidak ada. Wanita yang terpantul oleh cermin. Wanita yang telah menceritakan dirinya lewat pantulan cermin, aku.
Oh, ternyata cermin itu sudah hilang dibawa oleh pemiliknya. Lalu aku tidak melihat lagi pantulanku yang sayu.

Aku berdiri, melangkah menatap nyata. Membuka kompasku agar tidak tersesat. Ku tegakkan wajah, ku kantongi rindu, dan berjalan menemui tenang.

"selamat hari jumat, 216" dalam hati aku berbisik, mungkin dalam jantung.
Entahlah pokoknya letaknya di tengah-tengah antara dada dan perut. Di dalam. Ya, tepat di situ aku berbisik.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Tuesday, April 6, 2010

You Are My Illusion




Mataku melihat langit-langit ruang --- kamu seperti bergerak terbawa angin dalam penglihatan
Mataku kututup perlahan --- kamu seperti bergerak-gerak bebas dalam anganku
Hah, ku temui kau dalam mata terbuka juga mata tertutup
Bergerak lincah
Cepat
Namun tak pernah jelas.
Tak pernah tidak bergerak.


Dialah gerak, dialah ilusi bebas gerak.

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Sunday, March 21, 2010

Perempuan Dalam Sajakku #2


2103010

 ............................................................

 2812009


Awalnya hanya memegang penasaran
Lalu mulai tartaric 
Terus membaca halaman belakang dan tergoda membaca isinya, terlebih
Goenawan Mohamad mengomentari buku ini dengan renyah.
Dia bilang : "cerita-cerita Avianti Armand menyentak kita, lalu menarik kita kedalam gerak kata dan imaji"
Panjang dan menantang rasa ingin tahu untuk maju.
  
Lalu kubukalah
Kubacalah
 Jatuh pada cintalah
larut hingga halaman 33. Menggantungkan rasa ingin memiliki,
 Tapi, aku malah pulang.

281210 

Aku memilikinya 
Cinta sekali dengan si buku ini.
16 cerpen yang membunuh datar.
di dalamnya aku bermain bebas.

210310

Adakah kata paling manis selain indah?
Itulah dia.. Avianti armand 
Penulis mahadashyat dan langka
Ibu untuk Daniel
Istri untuk Terry
Inspirasi untuk Mega

....




© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Friday, March 19, 2010

Perempuan Dalam Sajakku #1

Dia bernyanyi kencang. Melepas bebas akan perasaan yang memenjarakannya
Mengirim suara yang terbawa angin untuk mengantarkan dia terbang menuju angan-angan favorite
Sesekali tertawa mengirim nada
Sesekali diam menekan tanya


Nabila-nabila,
Engkau itu perempuan baik lengkap dengan penuh pesona
Jujurmu, tulusmu, tak bisa tertutup oleh apapun
Mata-mata suci akan mudah melihat dan menikmatinya
Yang meninggalkanmu hanya mata-mata telanjang yang liar
Biarlah, itu bukan alasan untuk kau terpuruk

pindah waktu


Kali ini lebih dari tengah malam, aku nyata di sampingmu, teman
Dua mata tak kecil terpejam. Menutup benda-benda yang bisa melihat dunia
Ruh mu entah dimana, semoga kau bawa pulang esok dengan ceria
Yang tersisa hanya bentuk yang menyerah lelah
Dengan bayang setumpuk cerita yang kau bawa ke sana
Titipku pada dunia yang kau temui di sana,
Hanya ingin mengembalikanmu esok dengan mimpi-mimpi cerah
Ingin ku kirim ruh ku agar bertemu dengan mimpimu, lalu kita bermain dalam mimpi yang sama
Tapi ah, itu bagaimana nanti saga. melihatmu lelap saja cukup

......

Waktu mengingatmu sampai di sini saja
Tinggal kubaringkan tubuhku tepat di sampingmu
Lalu kita akan saling menemani tanpa menyadari
(bukankah kita selalu begitu? dalam sadar ataupun tidak)
Kini, akan kutup tanda rinduku.
Semoga kau merasakan percikan sayangku.




Selamat tidur teman seiringku, Nabila.



© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Teman Melamun


Ada Kayu terpencil di antara besi dan baja,  juga ada biru di antara hitam dan putih
Garis dalam bentang menyambung mengukir jalan
Ada lonceng yang bunyi disentuh angin bersorak ramai
Membungkus hening membohongi hangat
Kicau burung yang bersahut-sahutan terakses dalam dengar
Ternyata aku tidak sendiri, mereka menemani dalam lamunan

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010


 Sunday, January 24, 2010 at 11:55am

Pengantar Tidur



Ada beberapa warna yang terlihat nyala
Cahaya memutar-mutarkannya di balik lampu berlistrik
Semliwir ac membaur dengar mencampur deru-deru lain
Beberapa audio dan visual bekerja dalam perinea
Ruang yang tak terang lagi oleh sinar ratusan watt
Berbaring aku melirik-lirik sekitar
Berjelajah pikiran ketempat yang tak kunjung jelas
Yang entah akan dibawa kemana ...

Ah, pikir

Leganya aku slalu dapat bersembunyi dalam jumat,
Menyimpan lelah,
Berbaring dan sudah (cukup)..
Inipun menenangkan, pun menyenangkan

Kini mata dan pikir akan ku manjakan
Dibiarkan tidur
dan ditemani dzikir yang mulai menjadi hobi. Semoga tak pernah basi


Selamat jumat selamat menikmati


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010


Friday, February 12, 2010 at 12:54am

Monday, March 15, 2010

Rindu #2

Aku hanya berani menghayati larimu. kamu terus mengikuti cahaya mimpimu.
Tak menoleh dan terus jauh dari tempatku.
(pulau manuk, bayah 020310)


Aku dan tempat yang kau tinggalkan 
Saksi dari sepi yang kau ciptakan 
Rasanya layu. Rasanya sendu
Kamu lari menuju mimpi dan cahaya pastimu
Rindu, kini kamu tak bisa ku kejar lagi
Sudut-sudut tak beraturan itu memenjarakanku
Membatasi inginku untuk terus seiring denganmu
 Sisanya hanya sesak yang entah kapan akan sembuh
Aku menyerah untuk kuat 
Biarkan sedih ini terus memuncak
Bayanganmu semakin kusadari tak lagi terlihat
Aku benar-benar sendiri
Mengurung sepi, mengurung harap
Teruslah berlari, rindu 
Aku tahu kamu mampu menemui mimpimu 
Tidak lemah sepertiku, yang hanya berani menatap sunyiku.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010




Thursday, March 11, 2010

Rindu #1

(Hanyut di antara musik Don't Be Blue ~ R R Pamungkas disusuli  Aku Ada ~ Dewi Lestari) 





Daya tahan asing yang memuncak dalam keheningan mengiring lara menuju tawa
Tapi tidak bisa. Tapi tidak bisa
Lara terlalu dekat denganmu.
Pun lebih dekat dari jarakku denganmu, rindu
Lara tetap ada, dan tawa hanya angan yang terpenjara dalam ilusi

Pekerjaanku menumpuk
Aku tidak boleh mengasingkannya seperti kamu mengasingkanku, rindu

....

Aku hanyut dalam perasaan indah yang menjelma menjadi sesuatu yang seperti perkara, rindu
Aku tersesatkan oleh ingin yang merajai apapun untuk membawa aku menuju tempatmu, rindu
Bayanganmu terlibat banyak dalam membohongiku. bayanganmu betah menjelajahi pikiranku
Bayanganmu membiarkan aku bermimpi seolah-olah kamu ada di sini. Di aku
Tapi seutuhnya bayanganmu pembohong. Kamu tidak ada. Kamu hilang. Itu yang nyata

Pekerjaanku merayu di ambang harapnya, dia membisik setengah membentak. Dia tidak mau dicampakkan. Entahlah

.....

Pekerjaanku hari ini memang hampir terpeleset tidak tersentuh. Hampir
Untung saja beberapa butir-butir cahaya menolongku untuk segera berpijak pada realita, pada pekerjaan yang ada karena ada dan setia menemani hari-hariku, yang melahirkan dirinya untuk menjadi alasan mengapa aku harus bermain waktu pada realita.

Mungkin dia berhak menyaingimu, dia memaksimalkan dirinya untuk aku lirik, lalu aku memilihnya untuk aku sentuh
Lalu aku melupakanmu, dan terus bermain dengannya. Hah, kalaupun begitu aku tetap membawamu dalam bermainku. Mana bisa kamu terpisah dari apapun yang terlibat denganku, rindu. Meski kamu selalu menggerogoti segala organ tubuhku dalam bawah sadarmu
.....

Pekerjaan hampir diselesaikan, dia tersenyum seperti membebaskan aku beristirahat. hah, itu bukan istirahat bagiku. itu waktu yang akan kutemui dimana aku akan memokuskan kosongku ke arahmu, sehingga bayanganmu kembali menipu aku. Menipu keberadaanmu

Mau dibawa kemana inginku?
Aku nyaris menggilai keadaan yang membuat gila menjadi hobi
Ketika aku mengiginkanmu singgah dalam realitaku
Saat kamu dan aku benar-benar berbaring diantara deru angin-angin dalam nyata
Yang mereka akan sebarkan sari-sari bahagia kita kepada semua para penghuni rindu
Dan kalah. Lagi-lagi ilusimu, belum istirahat saja memenjarakan imajiku, rindu
Selalu nyatamu jauh dari nyataku, tapi anganmu dekat dengan anganku
Apa mungkin karena itulah kamu ada?
Agar aku mempunyai sesuatu yang menemaniku
Agar kamu selalu menjadi teman bermimpiku
Hanya pada mimpi?
Ya. Sebagian besar sadarku mengetahui bahwa kamu pun rindu yang mempunyai rindu lain
Untuk itu mimpi ada. Untuk itu waktuku akan terus ada untuk bermimpi menemui kamu, rindu

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Sosok



Hal yang indah dalam lamun adalah menghayati sesuatu yang tidak kosong dalam sesuatu yang terlihat nol
Kamu selalu menjadi objek terfokus dalam lamunku
Entah mengapa bisa begitu, tapi aku suka
Hanya dalam ini aku bebas menghayatimu. Dalam maya yang membentuk seperti tiada . tapi inilah tempat rasaku tumbuh..
Terkurungkah? (teriak dari lubang tanya)
Tidak. Sama sekali tidak  (terjawab dalam realita)
Di sini bebas. Di sini tidak terganggu juga tidak mengganggu
Sosok cahaya yang berdiri sempurna di antara bayang
Sosok yang nyata tinggal dalam dunia yang hampir mustahil nyata
Namanya apa selalu tidak tahu. Tapi kamulah sosok penerang gulita
Menjadi sinar dalam lamun. Menjadi bunyi dalam senyum
Tanpa kupilih kau akan terus menjadi objek nomor satu dalam ilusiku
Yang entah ia atau tidak akan teriring pada nyata, pada realita


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Batas

Begitulah kita ada. Dibatasi oleh ruang yang berisi
Ruang di antara hatimu dan hatinya
Ruang yang berisi cintamu dan cintanya
Tidak bisa diusik dan tidak bisa diusir
Sampai kapan batas terus ada di kita


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Friday, March 5, 2010

D to E



Tulisan


 
dua tujuh februari. aku di belakangmu. sebentar.

Lewat jemari yang mengantarkan sesuatu apapun yang ingin ditulis 
Tentang aku yang selalu menghayati sosok utuh nyata di balik bayang 
...
Apasaja yang menempel di duniamu, aku peduli 
Memerhatikanmu adalah sebagian aktifitas yang memenuhi jadwal taktertulisku
Melihatmu adalah rindu yang setiap hari aku tunggu
...
Menulis tentangmu membuat aku mengasing dari sekitar
Terpaku untuk membuat apa yang ditulis untuk menjadi sebuah cerita,
Sayangnya, menuliskanmu terlalu menggugupkan 
Aku sulit mengambil kata
...
Kadang kamu datang sebagai dewa kebahagiaan 
Aku merasa berhutang 
Aku ingin membalas mu dengan kebahagian semacam yang kau percikkan
Namun bodohnya aku tidak tahu caranya 
Selain terus berputar dijalur tak bernama ini
...
Beku aku di sini  
Membungkus cairan-cairan yang tak pernah mengalir lancar 
Mereka menyendat. Membatas  
Kamu. Sebuah kadang-kadang 
Bisa merasukkan bahagia tanpa sengaja 
Juga bisa merasukkan pilu tanpa sengaja 
...
Kali ini aku menghayatimu dengan berserah
Dengan kepolosan-kepolosan yang ada tanpa diciptakan
...
untuk apapaun yang aku tulis 
semoga menjadi cendramata atau sesuatu yang bisa dikhayati 
...
Untuk cerita yang tak pernah selesai
tentang kamu, cahaya bayangan



© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010



Thursday, March 4, 2010

Cahaya

 Lampu tempel di suatu rumah, Bayah 


Di antara belahan gelap
Kamu memberi terang menyapu pekat
Dalam titik tubuh yang memesona
Hadir kemilau dalam bentuk sederhana
CAHAYA.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Friday, February 26, 2010

Ada Sesuatu (seperti) Sembunyi

Ada yang datang, lalu langsung bersembunyi di kolong lorong
Mungkin itu rindu yang pemalu
Dia mengkerut ciut di tempat barunya
Tapi lama-lama rindu itu melebur
Hancur
Terus melanjutkan persembunyiannya
Sesekali dia melongok, mencari celah untuk tampil ke permukaan
Namun ciut-ciut basah menghantam tubuhnya
Hingga sunyi. Seperti berhenti
Sembunyi. Sunyi. Sendiri.
Akan tetap menghuni dinding gulita ini
Sampai kamu menyadari
Ada aku, di sini



Yang tersisa dari kolaborasi yang pecah antara aku dan Venna Camelia.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Mimpi dan Kawan-kawan

 
 Di pulau mimpi 
Dreamland, Bali



mim·pi n 1 sesuatu yg terlihat atau dialami dl tidur; 2 ki angan-angan;
ber·mim·pi v 1 melihat (mengalami) sesuatu dl mimpi: 2 berkhayal; berangan yg bukan-bukan;
me·mim·pi·kan v 1 bermimpi akan sesuatu: ia - dirinya bisa terbang; 2 ki mencita-citakan (sesuatu yg susah atau tidak mungkin dicapai):
ter·mim·pi-mim·pi v 1 selalu tampak (terbayang) dl angan-angan; 2 bermimpi krn selalu teringat (terkenang) akan sesuatu: begitu terkenangnya ia kpd ibunya sampai ia -; mim·pi·an n 1 apa yg dialami dl mimpi; impian 2 ki cita-cita (keinginan) yg mustahil atau susah dicapai;
pe·mim·pi n 1 orang yg suka bermimpi meskipun tidak tidur; 2 ki orang yg suka mengkhayal


ima·ji·na·si n 1 daya pikir untuk membayangkan (dl angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dsb) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang; 2 khayalan 


ilu·si 1 n sesuatu yg hanya dl angan-angan; khayalan; 2 n pengamatan yg tidak sesuai dng pengindraan; 3 a tidak dapat dipercaya; palsu

 kha·yal n 1 lukisan (gambar) dl angan-angan; fantasi:  2 yg diangan-angankan spt benar-benar ada: cerita --; ber·kha·yal v 1 melihat sesuatu yg hanya ada dl angan-angan: 2 berbuat sesuatu spt benar-benar terjadi:
meng·kha·yal v menggambarkan (melukiskan) dl angan-angan; mengangan-angankan; mereka-reka:
meng·kha·yal·kan v mengkhayal;
kha·yal·an n 1 yg dikhayalkan; hasil angan-angan; fantasi; rekaan; 2 angan-angan: ia hidup dl dunia ~; peng·kha·yal n orang yg (biasa) mengkhayal;
peng·kha·yal·an n proses, cara, perbuatan mengkhayal 



fan·ta·si n 1 gambar (bayangan) dl angan-angan; khayalan: cerita itu berdasarkan -- , bukan kejadian yg sebenarnya; 2 daya untuk menciptakan sesuatu dl angan-angan: pengarang harus kuat -- nya; 3 hiasan tiruan:
-- biologis bayangan secara biologi: krn -- biologis itu, keinginan untuk melakukan eksplorasi thd wilayah yg masih menyimpan misteri ilmu pengetahuan tsb makin meningkat;
ber·fan·ta·si v berangan-angan; berkhayal: anak-anak hendaknya dilatih agar pandai ~ dng memberi mereka buku-buku bacaan yg dapat menunjang pengembangan daya khayal mereka; mem·fan·ta·si·kan v mengangan-angankan; mengkhayalkan 


1angan n 1 pikiran; ingatan; 2 maksud; niat;
-- lalu paham bertumbuk, pb menurut pikiran (dugaan dsb) mungkin untuk dikerjakan, tetapi sukar pelaksanaannya (msl kekurangan alat atau syarat);
angan-angan n 1 pikiran; ingatan: 2 cita-cita: 3 maksud; niat:  4 gambaran dl ingatan; harapan sendiri dl ingatan; khayal:  5 proses berpikir yg dipengaruhi oleh harapan-harapan thd kenyataan yg logis;
~ menerawang langit, pb mencita-citakan segala sesuatu yg tinggi-tinggi; ~ mengikat tubuh, pb bersusah hati krn memikirkan yg bukan-bukan;
ber·a·ngan-a·ngan v 1 mempunyai angan-angan (cita-cita, ingatan): boleh ~ asal jangan terlampau tinggi; 2 mengangan; mengangan-angan; 3 berniat; bermaksud: tiada ia ~ hendak membalas dendam;
meng·a·ngan v berpikir-pikir; termenung-menung memikirkan sesuatu:
meng·a·ngan-a·ngan v berpikir untuk membayangkan sesuatu;
meng·a·ngan·kan v memikirkan; melukiskan dl ingatan; mengenang-ngenangkan; mencita-citakan; mengingini:
meng·a·ngan-a·ngan·kan v terpikir; terniat





© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010


Thursday, February 25, 2010

K

Bisu meminta bunyi untuk pulang
Membiarkan angin membantu memanggilnya
Aku di sini dalam hamparan kesepian, tak ada genggaman
Menanti dalam kilauan yg tak kunjung datang
Atau tak akan pernah datang?
Yang ada hanya perasingan dan pertanyaan
Menunggu tuan. hanya menunggu tuan
Aku mencari kawan, tapi sepertinya tak lagi, mereka sudah bertuan
Mematahkan bising berbalik hening
Apa jadinya kawan, bila menunggu sudah menyaru dari rindu
Berseteru dengan pilu
Merampas tawa menjawab luka
Berikan aku setapak jalan penuh bahagia
Tak akan kusiakan dalam bisikan
janji akan ku kolaborasikan dengan gerakan
penuh alur perasaan
Janji akan kubagikan dalam seberkas kedamaian
Tanpa terbesit sedikitpun kecelakaan
Mungkin kita tak bisa berkomunikasi layaknya jalur kereta api
Yang menyambung atas rel-rel yang memadu hubung

Ah, itu bukanlah sesal
Akan kubawa ini pulang
Akan kugiring hingga seiring
Waktulah pergi. Waktulah pulang



1.24
kolaborasi
Mega Dan Patricia KS

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Hanyalah Pesona

25 Februari 2010
Pada almenak



Menyenderkan kepala kepada tembok, aku.
Masih mengamati. Meng.a.mat-a.mati sesuatu yang memacu dinding imaji untuk terus berputar dan memutarbalikkan hal yang itu-itu saja. Yang betah bergerak memusing. Entah dimana porosnya ingin ku hentikan, namun tidak bisa. Tidak pernah bisa.

Sesuatu itu terendam dalam alirannya sendiri.
Rapat satu sama lain. Renggang dengan henti yang betah mengambang.

Lelah meringkukkan diri dalam ruang yang sama. Seperti bersembunyi di kamarnya, tapi juga seperti dijebloskan dalam penjara tak bermaksud.

Inilah memang yang tecipta tanpa harus digubris.
Didiamkan saja selalu pintar menggubris. Tidak perlu ditinggalkan, biarkan saja semaunya. Persetan jika memang pergi dan mendatangkan diri semaunya. Jika itu maunya waktu buat apa dipotong oleh batas.

Mungkin ini prag.ma.tis.me

Hah,
Terpotong-potong pengertian dan pemikiran yang berulang-ulang. Satu cerita yang berkepanjangan. Haruskah yang tak bernama ini dilahirkan dan diberi hak untuk diberi nama?

Ini bukan tentang seseorang yang satu merayahi seseoarang lainnya.
Mungkin hanya sesuatu yang tidak diketahui jelasnya. Sehingga menjadi sesuatu yang tabu bagi diri sendiri.

Logika merayang, merayap hingga keujung pusat. Diusik rindu yang tak pernh bermuara tepat. Kasian, kadang.

Kepentingan terdepan sekarang, tidak menyalahgunakan keadaan untuk saling menyerang.

Hanyalah perasaan.
Hanyalah ketidaktahuan.
Hanyalah keterpisahan.
Hanyalah kita yang pura-pura tidak mengerti, yang menjadikan isi dari semua ini seperti kosong.


Hanyalah pesona yang menyaru menjadi derita.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Friday, February 12, 2010

Ambang Di Antara Lelah

 
setengah di antara kisah. setengah (masih) di antara nol. 



11 di 110210


Di belakang kamu
Di ruang tanpa batas
Dalam sama yang kikuk dengan sesuatu yang memang selalu samar.
Itu!
Yang tak pernah ada
Beberapa penjelas
Atau bahkan entah dimana letak sadarnya

Yang ada hanyalah sekarang
Aku, kamu,
Di antara suara-suara yang beraksi sesuai dengan peran dan alurnya
Tidak meng-aku
Tidak meng-kamu
Saat aku memang harus berlaku seolah-olah mengerti
Dibeberapa simpang pikiran sendiri
Di suatu kemudian yang ternyata ada seseorang yang membayang. Dia. Dipikirku
Dan mungkin, seseorang yang lain yang lebih tepat dari aku, sedang berputar dalam pikirmu
Ada dua yang lain
Bukan kita di antara kita
Meloncat pada mereka di antara kita.
Namun,
Mengapa kita yang ada di sini?
Bukan aku dan dia
Atau kamu dan mimpimu...
Aku seperti nakal, berpadu terus menerus di dalam putaranmu
Seolah tidak tahu apa-apa

Semoga ini bukan hinaan dari diri sendiri
Atau sok-sok penghargaan atas pertanggung jawaban dari rindu yang tak bermuara
Kini,
Aku menyerah untuk terus menghayati nyatamu
Sampai kita saling mengucapkan selamat malam
Lalu tidur saling berpelukan
Tidak dekat namun erat.

Dihari ke 92 semenjak tanggal kembar di bulan 11, yang lalu

Dimana mataku bertemu langsung matamu
Dimana tanganku bertemu langsung dengan tanganmu
Dimana aku, mulai menjadi asing oleh sesuatu yang sampai sekarang tidak tahu

Kita, di antara nol

Yang entah mengapa DIA memberikan ini kepada kita


.....


sekarang,

14:12

Jumat dalam 12022010


Selalu begini
Pasti begini setelah aku bertemu kamu dalam realita
Tapi entahlah ada sesuatu yang aku tahu dan hanya sesuatu yang jauh di sana yang mengerti,
DIA
Penghuni di pikiran aku . penghuni disegala ruangku . bukan manusia . Tuhan , ya , Tuhan yang entah sedang dimana .

Sudah kubilang dan kutanya
kira-kira Dia ada dimana?
kamu bilang ada di atas langit
Di atas senja
Aku bilang di atas aurora (dalam hati)
Entahlah yang pasti Dia ada diantara kita. Saksi kebingungan aku. Mungkin juga kamu

Aku heran
Aku tidak mau terus tersesat dalam jalur di atas garis ambang ini

Sementara dan kamu berpegangan. Sementara itu pikiran aku dan kamu membaur
Aku menunggu hasil pikirmu, yang akan aku kolaborasikan dengan hasil pikirku
Jangan mengelak. Ini juga harus dinomorsatukan, jagoan

Aku bosan dengan ini. Melelahkan walau ada kalanya kita disenangkan
Biarkan kita berbuat sesuatu yang memungkinkan akan menenangkan. Mungkin

......



"Di depan sana ada sebuah lorong yang melingkar ke atas dengan
cahaya di ujungnya."
...........
"Ini Hermitage mimpi-mimpi.
Lalu kita terlontar ke sebuah masa yang membuat gentar. Tahun-tahun telah
membungkam mulut dan menebar bau yang baru. Kita selamanya asing."
...........
”Dari koridor ini aku telah berjalan hingga ke kakilangit dan tak pernah tahu untuk
apa kita di sini. Apakah ini kesalahan – atau cuma sebuah mimpi. Tapi aku pernah
terjaga dan melihat seorang malaikat membutakan mataku.”
...........
"Tiga puluh enam langkah. Tiga puluh lima langkah. Tak lama lagi kita tak lagi di sini.
Mungkin kita bahkan tak perlu ada.
Tak pernah ada."
 ...........
"Mari tinggal sejenak menghitung detak. Dan mengulang satu ketika di mana
keindahan berdesakan di atas sana. Ada yang hendak kau katakan."
 ...........
"Dan tubuhku – kadang ada, kadang tidak."
 ..........
 "Kita takkan tahu.
Segala sesuatu
di balik punggung
Ruang ini hanya ilusi dari apa yang pernah lewat,
lembar-lembar buku sketsa kosong yang menyusun cerita
dan mendistorsi waktu.
Mari berhenti sejenak, tuan,
Untuk keindahan yang terukir
di biru keramik
dan tatah emas di selusin Cina.
Istana Musim Salju ini tahu
yang terbaik.
Tapi santap malam belum mulai
dan kita harus menanti
lagi-lagi
di satu sudut gelap
dengan lukisan
surga
bintang-bintang
dan daun-daun kering.
Apakah kau dengar suaranya?
Tentu, tak perlu risau.
Tak ada yang akan tertinggal
Setiap orang akan bisa
bercerita tentang masa depan
Tapi gagal mengingat
yang telah lewat.
”Bolehkah aku bermimpi sebentar?”
...........
"Dan setelah lagu, setelah lagu
hanya ada gerakan seragam
yang tertatih dan lesu
Kamukah itu, tuan?
Yang melompat dan menari?
Aku telah kehilangan engkau
di koridor-koridor di mana sebuah garis mendatar
Lalu hanya ada lautan manusia yang mendebur pergi
– selalu pergi"

,,,,,,,,,,,
( beberapa kutipan dari sajak-sajak  Avianti Armand, Koran Kompas

Minggu, 3 Januari 2010 | 04:33 WIB)





-,- dan aku menyepi di kala kau menepi, lagi. Egga -


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Monday, February 8, 2010

Dua Untuk Di (antara) Nol

 
© Idham Rahmanarto. 2010 )


Dan seketika malaikat melayangkan sayapnya
Semua debu dan deru terhempas
Meratakan setiap emosi. dan nafsu

..

Aku dan tangan pendosa. Melayangkan segala angan di atas awan hitam penghujan.

...

Negeri para peri.. Imajinasi?

..

Angin menerpa simbol melalui deru yang terhempas sayap, yang tiba-tiba membutakan arah untuk dia baca..

Semua unsur membuta 
Semua unsur menuli

Yang satu ini kikuk
Sayapnya datang di antara ambang 
Terkadang diam
Terkadang berisik
Dua keadaan ini mencekik.

...

Untaian lagu yang menari detik demi detik
Menghempaskah lara
Diantara mereka
Kita. Yang terdiam

Terhentak dalam sunyi
Mempertanyakan semua sunyi. Dan berpura pura

'bolehkah saya memulai jujur?' keruh nya dalam hati
'bolehkah saya?' dalam kepura-puraan

Tidak ada satupun nada. Atau gerak yang terlihat dari keduanya
Tidak ada kepastian

..

Bunyi. Tertawa. Dia Terasa malas bertindak di antara dua

Dua manusia yang mematung
Dua manusia. Dan satu monolog

Satu sisanya mengentahkan diri
Merenungi apa yang terjadi .

Di antara ketidaktahuan dan keingintahuan

...

Nol di antara pengasingan
Berada di imaji antah berantah

Di antara. Nol.

..

Nol yang tidak menyertakan kosong



___________________________
Kolaborasi tulis, nyata 
11: 27 pm
Idham Rahmanarto yang memulai
Mega Hadiyanti Khairunnisa ikut memainkan
Hingga, nol yang tak kosong tertuliskan

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Ah, Kamu

Tiba-tiba

Mengganggu ketenangan
Menghentak
Kenapa selalu datang di antara dangkal?
Bertanya, boleh?
...
Ah kamu..



senin, 23.05

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Wednesday, January 27, 2010

Laki-laki dan Perempuan :)


Dan ini hanya sebuah jepretan dalam kesempatan
 © Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010




Cinta = ketika kita bisa memandang segala suasana dan hanya mengenal indah
             ketika kita tidak mengerti  apa-apa, tapi merasakan sesuatu yang menyentak halus
             ketika tidak bisa bicara apa-apa tapi merona dalam senyum padu
             membuat tenang bisingan
             meski kadang merusuhkan detak-detak jantuk yang tidak beraturan
             ahhhhh sungguh indah, yah?
             memuarakan segala rasa dalam satu keadaan dalam ruang pribadi..
           
Cinta bisa timbul kapan, Mega?
             Ketika perempuan melihat kekaguman dalam sifat seorang laki-laki
             Ketika perempuan dan laki-laki berjalan saling menggenggam tangan diantara rintik hujan
             Ketika laki-laki dan perempuan yang baru saling mengenal berbicara dengan saling pandang
             di antara gelap malam
             Ketika laki-laki dan perempuan melakukan kekonyolan dalam suatu perjalanan
             Ketika kenyamanan tercipta dalam sebuah pelukan yang tak berjudul
             Ketika rindu mulai terakses dalam eksistensi kebutuhan
             Ketika satu dari dua merasakan getaran
             Ketika laki-laki mengecup perempuan di depan pintu sepulang dari suatu kencan
             Ketika "selamat pagi" diterima dalam suatu pesan
             Ketika seorang perempuan duduk manis memandangi aksi panggung seoarang musisi tampan 
             Ketika perempuan kecil dipertemukan oleh angin pada laki-laki di hari kesayangan :p


...
Selamat saling mencintai
....



ini hanya sebuah kesan-kesan

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010


Monday, January 25, 2010

Gift



Untuk Virgina Woolf, di Surga

Pada 25 januari 2010,
Seorang pecinta tulis kecil mengenangmu, saya
Mencoba menghadiahkan sebuah tulisan sederhana untuk mengenang duniamu 
Dunia sastra kau tinggal haru, di sini
Menyisakan kagum dan tanda tanya untuk para pemerhati kisah "mengganggu mu"
Wahai sang feminis
Wahai sang dewi tulis
Ukirlah apapun bayang pikir-mu di sana
Kita bahas dalam telepati maksimal pada dunia pribadi kita
Selamat menikmati kebebasan di Surga
Selamat meniup lilin-lilin yang dikirim peri
Selamat ulang tahun dan bahagia

_Mega Hadiyanti Khairunnisa_


tentang virginia woolf

Selama berpuluh-puluh tahun sastrawan dan feminis Inggris terkemuka Virginia Woolf sering digambarkan sebagai seniman yang produktif, brilian, tapi "terganggu". 

Selama 1905-1912, Virginia tinggal berpindah-pindah di kawasan Bloomsbury, London. Ia wanita terpandang, memiliki lingkaran teman "literari". "Ratu Bloomsbury" ini seorang jenius. Di sini ia bertemu dengan Leonard Woolf, yang menikahinya pada 1912. Kemudian Virginia aktif menulis kritik anonim di Times Literary Supplement, lalu produktif menulis novel The Years, Voyage Out, Night and Day, Mrs. Dalloway, The Waves. Bersama suaminya ia mendirikan penerbitan buku Hogarth Press.

Virginia Woolf pernah menulis: novel-novelnya sesungguhnya adalah persiapan kepada sastra sejati. Novel adalah kulit luar, yang harus dikelupas. Hanya otobiografi yang sejatinya sastra. Itulah sebabnya, untuk mengetahui hal-hal tersembunyi, banyak penulis biografinya membaca ulang surat-surat serta catatan pribadinya, terutama Sketch of the Past—otobiografi yang ditulis Virginia pada April 1939. Di situlah dia mengingat perasaan-perasaan masa kecilnya. Membeberkan sejarah keluarganya dari perspektifnya sendiri, termasuk sedikit hal-hal gelap yang sangat tabu di era Victorian.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Sunday, January 24, 2010

Keterlibatan








Hidup bergelimang mimpi menguji konsep jalan menuju pencapaian
Mencapai cita-cita
Menggapai cinta
Memadu padan antara individu dan sosial 
Tidak terlupa nomor satu yang  yang menjulang, Agama...

Menarik simpul dari ragam unsur kehidupan
Antara ego. Pandang. Emosi. Hati dan pencapain
Bergabung dalam keterlibatan
Menuju tiap-tiap tujuan

Raih lah mimpi kecil-kecil hingga yang besar
Selamat mengkolaborasikan di antaranya

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Friday, January 22, 2010

Dua Anak Matahari

Ada dua ilusi
Dua anak buah matahari
Sembarangan menumpahkan cahaya dalam waktuku
Dua berbeda. Dua penuh pesona
Dua yang jauh dalam nyata

Yang satu menengadah dalam diam kepura-puraan
Yang satu sunyi dalam bungkam sungguhan
Dalam aku. Dalam waktuku

Mengisi setengah-setengah ruang jiwa yang keemasan
Keduanya hitam putih
Keduanya sebuah "kecuali"
Keduanya penuh "tapi"
Gulita. Pekat
Sunyi tapi selalu hangat

Kejam dalam lembutnya kejujuran, kamu
Selalu ada ketika aku tidak sedang dalam keadaan baik
Alasan aku selalu pulang untuk berbaring lega pada kamu, pada waktu mu
Obat segala sakit
Malaikat khusus milik orang beruntung itu

Diam membungkam alasan dalam ketidaktahuan, anda
Meyelinapkan banyak pesan dalam kata-kata. Semoga bukan bualan
Entah selalu saja aku sediakan ruang untuk kamu pulang
Inilah, yang slalu pergi dalam ketidaktahuan...

Dua anak matahari kiriman Tuhan,
Dua sinar dalam cahaya kejauhan
Dua kehidupan
Dua penghuni langit jauh. Setelah langit ke tujuh tapi bukan langit ke delapan

Terimakasih sudah menjadi pemeran dalam cerita ini .





© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Thursday, January 21, 2010

Masih Tentang Pagi




(Sunrise 25 november 2009, Sanur keemasan oleh)

Bintik-bintik sinar yang memercik
Hangat. Sayu. Akrab menyapa tawa
Gagah dalam satu sinar dan memang hanya satu-satunya
Satu yang memancar
Satu yang memangku
Satu yang memukau
Sang surya
....
Aku jatuh dalam tatap
Tersemai dalam tumpahan cahaya hangat
Subhanallah memesonanya sebuah pagi 
Pagi dimana semuanya dimulai
Dijalani
Diiring
...

(Sanur, di waktu yang sama)


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

Wednesday, January 20, 2010

Selamat Tidur

.
 (untuk putih)

Sebelum aku tidur
Sebelum aku bertemu kamu di alam itu
Sebelum kamu tidur
Tempat ini. Dinding ini 
Menyelinapkan cahaya untuk kamu
Menemanimu
Dari aku .
Selamat istirahat... Selamat menikmati hangat

Mega dan rindu

© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010


mega-mega sudrajad's




.
(jakarta, menikmati sore)

berkolaborasi tawa menjadi gembira
dibibiti canda melahirkan akrab hangat bersama
berkumpul dalam sorak-sorak mimpi
ini lah keluarga . ini lah titipan mulia
ada terimakasih dalam selipan kehadiran aku, ditengah kalian
mungkin tidak terlihat . tapi ini bisa dirasakan
besok aku pulang
sediakan ruang untuk kembali , untuk berbagi lagi dengan kalian :)


mega dan malam

selamat pagi

.
(jepretan malam . ini belum selesai..bukan terputus, egga)

mengucapkan selamat pagi, dalam detik berarti. tepat diluar ruang yang membungkus lelap, dibalik ruang yang membalut nyamanmu."selamat pagi" bisik aku ringan dibalik pintu
aku yakin kamu tidak dengar ...
lalu aku melangkah menuju ruang ku . tepat sebelahmu .membawa rindu. menggenggam bahagia .
aku sungguh sebelahmu, waktu itu dibatasi satu ruang.
batas . batas . batas . kita selalu berhubungan dengan ini memang
tapi tak apa
tak lama , suaramu terdengar
aku nyaris lemas, jantung bekerja jauh lebih cepat
entah mengapa.. dagdugdagdugdagdug
langkahmu mendekat
aku semakin menyerah lemas . entah kenapa tapi sungguh lemas .
mungkin grogi . mungkin berlebihan .
sekarang kamu yang diluar ruangku. aku menyadarinya .
lama berdiri ...
1 menit ... 3 menit ... 7 menitt . lebih ....
lalu kepalamu melongok . tak bicara . hilang sebentar . melongok lagi
haaaaaaaaaaaaaaaaaa
mau jerit rasanya,,, dagdugdugggdagdag aku kenapa . entah .
lalu seseorang masuk ,
tak lama kamu menyusul . ikut duduk di ruangku ,
aku diam dan tidak sedikitpun niat mengajakmu bicara .
kamu yang bertanya . kamu juga terus bertanya . seseorang yang masuk duluan hanya diam
mungkin dia tau yang aku pendam . mungkin :)
lama .
kamu pergi lagi .
datang lagi jauh lebih wangi . tapi tak setampan tadi :)
aku tau kamu mau pergi .. mungkin bertemu dia, orang beruntung itu .
kamu berbicara padaku . menawarkan sesuatu . tapi aku pura-pura tidak dengar .
kamu berbicara lagi . aku bilang ia ... kamu pergi ...
aku dan seseorang itu tetap melarut dalam cerita sebuah film .
kamu datang lagi . masih berbicara hal yang sama . mengajak makan .
aku dan seseorang itu masih tidak bergerak .
kamu pergi .
aku dan seseorang itu lalu menuju apa yang kau tawarkan . tapi kamu sudah tidak ada .
pergi .
tidak bertemu aku lagi, sampai sekarang .
sudah 8 jam hingga sekarang dan entah sampai kapan .

tapi besok akan tetap aku membisikan selamat pagi lagi..
tidak didepan ruangmu
bukan di ruang sebelah ruanganmu
tapi disini ditempatku
sebelah duniamu .
nanti, suatu pagi .
mungkin aku bisa membisikan selamat pagi, disebelah telingamu .
dengan hangat . dengan hangat .



( sebuah harap . jepret rindu . Egga)


ini dari aku .
aku pulang sekarang. sampai ketemu lagi.
disuatu jumat .
:)












Sunday, January 17, 2010

me-nulis


 (im a ghost of writing)

menulis . memadu kata . membuka cerita lewat asap pena .
ini adalah bagian paling menarik dalam hal yang saya kenal
mengkombinasikan jari, lorong pikir, perintah hati dan pesanan alur
layak dipercayai bahwa menulis adalah pelipur yang dapat diandalkan
...........
.....
..
.

bisa !!


(jepretan hangat, egga)

untuk para manusia yang digentayangi lelah. gagal . ujian . dan sejenisnya
ada bagian kita diguncang putaran, memang.
dibawah . diinjak . digusur . diseret . dicambuk
jera . lebur .. bur ... bur .... membubur lembek tak berbentuk kokoh .
alur seperti ini menggelitik lengkingan pikir
menggerogoti alam sadar . menciptakan emosi 
ada kucinya, tentu
tentu ....
gerakkan lah energi otak perlahan walau keram
geser kebuntuan lewat pencerahan keyakinan
tata ulang puing-puing yang memuing berserakan
hinggaplah pada peluk-peluk sekitar
dengan pelan pekikkan kuat lawan atas apapun penggerogot kepercayaan
masa depan menantang dengan gagah membentang
mari iringi permasalaahan dengan kebaikan . susuli keberanian .
selamat menjelajajahi ruang demi ruang, kawan.
kita bisa . kita akan terus bisa .
gerakkan langkah kaki menuju depan .
menuju kebahagiaan yang menjanjikan.





khairunnisa dengan kehormatan
\-,-"/