Thursday, February 25, 2010

Hanyalah Pesona

25 Februari 2010
Pada almenak



Menyenderkan kepala kepada tembok, aku.
Masih mengamati. Meng.a.mat-a.mati sesuatu yang memacu dinding imaji untuk terus berputar dan memutarbalikkan hal yang itu-itu saja. Yang betah bergerak memusing. Entah dimana porosnya ingin ku hentikan, namun tidak bisa. Tidak pernah bisa.

Sesuatu itu terendam dalam alirannya sendiri.
Rapat satu sama lain. Renggang dengan henti yang betah mengambang.

Lelah meringkukkan diri dalam ruang yang sama. Seperti bersembunyi di kamarnya, tapi juga seperti dijebloskan dalam penjara tak bermaksud.

Inilah memang yang tecipta tanpa harus digubris.
Didiamkan saja selalu pintar menggubris. Tidak perlu ditinggalkan, biarkan saja semaunya. Persetan jika memang pergi dan mendatangkan diri semaunya. Jika itu maunya waktu buat apa dipotong oleh batas.

Mungkin ini prag.ma.tis.me

Hah,
Terpotong-potong pengertian dan pemikiran yang berulang-ulang. Satu cerita yang berkepanjangan. Haruskah yang tak bernama ini dilahirkan dan diberi hak untuk diberi nama?

Ini bukan tentang seseorang yang satu merayahi seseoarang lainnya.
Mungkin hanya sesuatu yang tidak diketahui jelasnya. Sehingga menjadi sesuatu yang tabu bagi diri sendiri.

Logika merayang, merayap hingga keujung pusat. Diusik rindu yang tak pernh bermuara tepat. Kasian, kadang.

Kepentingan terdepan sekarang, tidak menyalahgunakan keadaan untuk saling menyerang.

Hanyalah perasaan.
Hanyalah ketidaktahuan.
Hanyalah keterpisahan.
Hanyalah kita yang pura-pura tidak mengerti, yang menjadikan isi dari semua ini seperti kosong.


Hanyalah pesona yang menyaru menjadi derita.


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

No comments:

Post a Comment