Friday, February 12, 2010

Ambang Di Antara Lelah

 
setengah di antara kisah. setengah (masih) di antara nol. 



11 di 110210


Di belakang kamu
Di ruang tanpa batas
Dalam sama yang kikuk dengan sesuatu yang memang selalu samar.
Itu!
Yang tak pernah ada
Beberapa penjelas
Atau bahkan entah dimana letak sadarnya

Yang ada hanyalah sekarang
Aku, kamu,
Di antara suara-suara yang beraksi sesuai dengan peran dan alurnya
Tidak meng-aku
Tidak meng-kamu
Saat aku memang harus berlaku seolah-olah mengerti
Dibeberapa simpang pikiran sendiri
Di suatu kemudian yang ternyata ada seseorang yang membayang. Dia. Dipikirku
Dan mungkin, seseorang yang lain yang lebih tepat dari aku, sedang berputar dalam pikirmu
Ada dua yang lain
Bukan kita di antara kita
Meloncat pada mereka di antara kita.
Namun,
Mengapa kita yang ada di sini?
Bukan aku dan dia
Atau kamu dan mimpimu...
Aku seperti nakal, berpadu terus menerus di dalam putaranmu
Seolah tidak tahu apa-apa

Semoga ini bukan hinaan dari diri sendiri
Atau sok-sok penghargaan atas pertanggung jawaban dari rindu yang tak bermuara
Kini,
Aku menyerah untuk terus menghayati nyatamu
Sampai kita saling mengucapkan selamat malam
Lalu tidur saling berpelukan
Tidak dekat namun erat.

Dihari ke 92 semenjak tanggal kembar di bulan 11, yang lalu

Dimana mataku bertemu langsung matamu
Dimana tanganku bertemu langsung dengan tanganmu
Dimana aku, mulai menjadi asing oleh sesuatu yang sampai sekarang tidak tahu

Kita, di antara nol

Yang entah mengapa DIA memberikan ini kepada kita


.....


sekarang,

14:12

Jumat dalam 12022010


Selalu begini
Pasti begini setelah aku bertemu kamu dalam realita
Tapi entahlah ada sesuatu yang aku tahu dan hanya sesuatu yang jauh di sana yang mengerti,
DIA
Penghuni di pikiran aku . penghuni disegala ruangku . bukan manusia . Tuhan , ya , Tuhan yang entah sedang dimana .

Sudah kubilang dan kutanya
kira-kira Dia ada dimana?
kamu bilang ada di atas langit
Di atas senja
Aku bilang di atas aurora (dalam hati)
Entahlah yang pasti Dia ada diantara kita. Saksi kebingungan aku. Mungkin juga kamu

Aku heran
Aku tidak mau terus tersesat dalam jalur di atas garis ambang ini

Sementara dan kamu berpegangan. Sementara itu pikiran aku dan kamu membaur
Aku menunggu hasil pikirmu, yang akan aku kolaborasikan dengan hasil pikirku
Jangan mengelak. Ini juga harus dinomorsatukan, jagoan

Aku bosan dengan ini. Melelahkan walau ada kalanya kita disenangkan
Biarkan kita berbuat sesuatu yang memungkinkan akan menenangkan. Mungkin

......



"Di depan sana ada sebuah lorong yang melingkar ke atas dengan
cahaya di ujungnya."
...........
"Ini Hermitage mimpi-mimpi.
Lalu kita terlontar ke sebuah masa yang membuat gentar. Tahun-tahun telah
membungkam mulut dan menebar bau yang baru. Kita selamanya asing."
...........
”Dari koridor ini aku telah berjalan hingga ke kakilangit dan tak pernah tahu untuk
apa kita di sini. Apakah ini kesalahan – atau cuma sebuah mimpi. Tapi aku pernah
terjaga dan melihat seorang malaikat membutakan mataku.”
...........
"Tiga puluh enam langkah. Tiga puluh lima langkah. Tak lama lagi kita tak lagi di sini.
Mungkin kita bahkan tak perlu ada.
Tak pernah ada."
 ...........
"Mari tinggal sejenak menghitung detak. Dan mengulang satu ketika di mana
keindahan berdesakan di atas sana. Ada yang hendak kau katakan."
 ...........
"Dan tubuhku – kadang ada, kadang tidak."
 ..........
 "Kita takkan tahu.
Segala sesuatu
di balik punggung
Ruang ini hanya ilusi dari apa yang pernah lewat,
lembar-lembar buku sketsa kosong yang menyusun cerita
dan mendistorsi waktu.
Mari berhenti sejenak, tuan,
Untuk keindahan yang terukir
di biru keramik
dan tatah emas di selusin Cina.
Istana Musim Salju ini tahu
yang terbaik.
Tapi santap malam belum mulai
dan kita harus menanti
lagi-lagi
di satu sudut gelap
dengan lukisan
surga
bintang-bintang
dan daun-daun kering.
Apakah kau dengar suaranya?
Tentu, tak perlu risau.
Tak ada yang akan tertinggal
Setiap orang akan bisa
bercerita tentang masa depan
Tapi gagal mengingat
yang telah lewat.
”Bolehkah aku bermimpi sebentar?”
...........
"Dan setelah lagu, setelah lagu
hanya ada gerakan seragam
yang tertatih dan lesu
Kamukah itu, tuan?
Yang melompat dan menari?
Aku telah kehilangan engkau
di koridor-koridor di mana sebuah garis mendatar
Lalu hanya ada lautan manusia yang mendebur pergi
– selalu pergi"

,,,,,,,,,,,
( beberapa kutipan dari sajak-sajak  Avianti Armand, Koran Kompas

Minggu, 3 Januari 2010 | 04:33 WIB)





-,- dan aku menyepi di kala kau menepi, lagi. Egga -


© Mega Hadiyanti Khairunnisa 2010

3 comments:

  1. Baca ini gw ga!!!

    "just crying in the middle of the nite"

    Tanggung jawab Ga..

    ReplyDelete
  2. hahahaha
    entahlah .
    mungkin memang kisah ini membuat pembaca ikut "hujan" .
    bayangkan ketika yang diposisi itu, kamu.
    jangan mau . terpenjara dan sulit merdeka dalam ambang diantara jerit .
    hiiiiii .

    ReplyDelete
  3. Tp itu memang sudah terjadi, bahkan SEDANG terjadi dlm hidup gw darloo.

    ReplyDelete